Populasi penduduk di Negara Indonesia yang terus melonjak memberikan tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan. Terlebih, kian terbatasnya lahan pertanian turut mendesak untuk mencari langkah inovatif guna meningkatkan produktivitas. Dalam hal ini, smart farming atau sistem pertanian pintar hadir sebagai solusi yang menjanjikan.
Mengenal Sistem Smart Farming yang Mulai Digalakkan di Tanah Air
Pada dasarnya, sistem pertanian pintar sudah ada sejak beberapa tahun lalu dan telah dikembangkan di negara-negara maju. Kendati begitu, di wilayah Indonesia sendiri, tak sedikit masyarakat yang belum mampu memahaminya.
Konsep ini sempat menjadi topik menarik ketika Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, menyinggungnya dalam debat Pilpres 2024.
“Para generasi muda akan mulai kita dorong untuk bertani melalui sistem smart farming,” ujarnya.
Jika kita artikan secara luas, smart farming merupakan konsep bertani modern dengan memanfaatkan teknologi canggih. Tujuan utamanya yaitu memaksimalkan hasil panen serta mendongkrak produktivitas kerja meski bertani di lahan sempit sekalipun. Beberapa jenis teknologi yang mendukung pertanian pintar meliputi:
1. Internet of Things (IoT)
Pertama ada IoT yang mengacu pada jaringan perangkat terintegrasi. Mereka saling terhubung dan dapat mengumpulkan maupun berbagi data. Dalam pertanian pintar, IoT berguna untuk memantau kondisi lahan pertanian, meliputi kelembaban tanah, suhu udara hingga tingkat pH.
2. Pemantauan Berbasis Sensor
Berikutnya adalah pemantauan berbasis sensor yang memungkinkan para petani memantau kondisi tanaman secara real-time. Sensor-sensor ini umumnya terpasang di tanah serta tanaman. Fungsinya yaitu untuk mengukur variabel-variabel seperti hama atau penyakit.
3. Drone
Pesawat tanpa awak alias drone semakin populer dalam dunia pertanian sebagai alat pemantau yang efisien. Berkat kamera dan sensor canggih, petani dapat melakukan pemetaan lahan, memantau perkembangan tanaman, hingga penyemprotan pestisida atau pupuk. Sehingga hasilnya lebih tepat dan merata.
4. Sistem Irigasi Otomatis
Smart farming juga mengaplikasikan sistem irigasi otomatis berbasis sensor. Mereka bekerja untuk mendeteksi kelembaban tanah sekaligus mengatur jumlah air yang tanaman butuhkan. Di beberapa percobaan, sistem irigasi otomatis telah terintegrasi dengan aplikasi smartphone. Sehingga petani dapat memantau maupun mengendalikan irigasi dari jarak jauh.
Seperti yang bisa kita lihat di channel YouTube IPB TV, sistem pengairan sawah menggunakan kendali on-off mikrokontroler Arduino Uno ATMega328P. Sebagai otak sistem, mikrokontroler akan membuka maupun menutup kran dari tampungan ketika air berada di bawah atau atas garis (set point).
Menurut Prof. Dr Budi Indra Setiawan, selaku inovator, sistem canggih ini membuat jam tenaga kerja menjadi lebih minimal. Selain itu, penggunaan air semakin efisien serta hasil panen padi terbilang melimpah. Bahkan kenaikannya bisa mencapai 25% dari pertanian konvensional.
5. Big Data
Terakhir ada big data yaitu kumpulan informasi dari berbagai perangkat maupun sensor dalam pertanian pintar. Data ini mencakup berbagai informasi termasuk cuaca. Dengan bantuan teknologi analitik petani semakin mudah membuat keputusan yang lebih baik. Misalnya, memprediksi hasil panen berdasarkan data sebelumnya serta kondisi cuaca terkini.
Di Indonesia sendiri, sistem smart farming mulai pelan-pelan berjalan. Keterbatasan pengetahuan masyarakat serta kurangnya akses teknologi canggih memang menjadi tantangan tersendiri. Kendati begitu, pemerintah optimis program ini akan sukses dalam waktu dekat.